Minggu, 03 Agustus 2014

Keunikan Musik Daerah Nusantara

   Tiap-tiap daerah memiliki keunikan dalam seni musiknya. Keunikan atau ciri khas tersebut dapat dilihat dari instrumenn,melodi,ritme,harmoni,warna,maupun bangunan karya musik etnis nusantara adalah "kenthongan". Berikut ini jenis-jenis seni musik tradisional dan ciri khasnya :
A.Gamelan Jawa
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit berarti rumit,berbelit-belit,tetapi rawit juga berarti halus,cantik,berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan,musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis(dalam laras selendro dan pelog) yg garapan-garapannya menggunakan sistem notasi,warna suara,ritme,memiliki fungsi,pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia,vokalia,dan campuran yg indah didengar.
B.Gamelan Bali
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,gambang,gendang,dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya,yang mana merupakan satu kesatuan utuh yg diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yg berarti memukul/menabuh,diikuti akhiran an yg menjadikan kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat dipulau Jawa,Madura,Bali,dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini,dan di Jawa lewat abad ke-18,istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
C.Gambang Kromong
Sebutan Gambang Kromong di ambil dari nama dua buah alat perkusi,yaitu gambang dan kromong. Bilahan gambang berjumlah 18 buah,biasa terbuat dari suangking,huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi,berjumlah 10 buah(sepuluh pencon). Orkes Gambang Kromong merupakan perpaduan yg serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek yaitu Tehyan,Kongahyan,dan Sukong,sedangkan alat musik lainnya yaitu gambang,kromong,gendang,kecrek,dan gong merupakan unsur pribumi. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendarahaan lagu-lagunya.
D.Tajidor
Tajidor adalah sebuah kesenian Betawi yg berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yg digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat musik tiup,alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tajidor juga terdapat di Kalimantan Barat,sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
E.Kolintang
Kolintang adalah alat musik khas daerah Sulawesi Utara. Kolintang berasal dari Minahasa. Kolintang terbuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur,bandaran,wenang,kanikik kayu cempaka,dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suara tong(nada rendah),ting(nada tinggi),dan tang(nada biasa). Dalam bahasa daerah,ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah "Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
F.Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yg berasal dari Tanah Sunda,terbuat dari bambu,yang dibunyikan dengan cara digoyangkan(bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yg bergetar dalam susunan nada 2,3,sampai 4 nada dalam setiap ukuran,baik besar maupun kecil. Laras(nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

MUSIK ARAB


 

   1.Gambus

 

 

  

b.Pengertian Gambus 


Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran.Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran. Alat musik ini identik dengan nyanyian yang bernafaskan Islam. Dalam mengiringi penyanyi, alat musik ini juga diiringi dengan alat musik lain, seperti marwas untuk memperindah irama nyanyian. Bentuknya yang unik seperti bentuk buah labu siam atau labu air (My) menjadikannya mudah dikenal. Alat musik gambus juga dianggap penting dalam nyanyian Ghazal yang berasal dari Timur Tengah pada masa kesultanan Malaka. Kedatangan pedagang-pedagang Timur Tengah pada zaman Kesultanan Melayu Melaka telah membawa budaya masyarakat mereka dan memperkenalkannya kepada masyarakat di Tanah Melayu. Ada beberapa jenis gambus yang dapat diperoleh di mana saja, terutama di kawasan tanah Melayu. Jenis-jenis tersebut, seperti gambus yang hanya mempunyai tiga senar dan ada juga gambus yang mempunyai 12 senar. Jumlah senar biasanya terpulang pada yang memainkannya. Selain dimainkan secara solo, alat musik ini dapat juga dimainkan secara berkelompok. Alat musik gambus dapat dimainkan di dalam perkumpulan musik-musik tradisional atau modern. Bila dikolaborasi antara alat-alat musik tradisional dengan modern akan menghasilkan irama yang merdu serta mempunyai keunikan tersendiri. Cara pembuatan gambus tidak jauh berbeda dengan pembuatan kompang. Perbedaan itu terletak dari segi bentuknya saja. Gambus mempunyai ujung tempat menyetel senar, sementara kompang hanya dibuat bulat, lalu ditutupi dengan kulit sebagai membrannya. Gambus dibuat dari batang pohon dari jenis yang ringan seperti angsana (pterocarpus indicus) atau nibung (oncosperma tigillaria) yang dipilih. Pohon yang sudah ditebang, kemudian dipotong menurut ukuran yang telah tentukan. Selanjutnya pohon itu dilubangi di bagian tengahnya sehingga terbentuk seperti lubang yang dalam. Bagian ini dikenal sebagai bakal. Bakal diperhalus dengan menggunakan kertas pasir (amplas), sehingga terlihat bersih dan halus. Setelah itu, bakal tersebut diolesi dengan minyak kelapa agar mengkilat. Setelah diolesi, bakal kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga benar-benar kering dan mengkilat seperti yang diinginkan oleh pembuat gambus. Bagian yang berlubang ditutupi dengan kulit binatang. Kulit yang digunakan adalah kulit biawak (varannus rudicollis), ular atau kulit ikan pari. Sebelum kulit binatang dilekatkan, kulit tersebut terlebih dahulu direndam untuk beberapa hari. Tujuannya untuk melunakkan dan memudahkan ketika dipaku. Kulit yang sudah direndam dipaku pada bakal menggunakan paku laduh (My). Langkah seterusnya ialah memasang penyiput (My). Penyiput adalah tanduk yang ditancapkan di bagian pangkal-atas gambus. Pada sebuah gambus, terdapat empat buah penyiput yang berfungsi untuk menyamakan dan menegangkan senar gambus. Kemudian, senar dipasang dengan cara mengikat hujungnya pada bagian pangkal-atas dan menariknya ke bagian ujung-bawah gambus. Senar tersebut kemudian dipaku. Proses ini terus diulangi hingga semua senar terpasang. Untuk memudahkan pemain memetik senar gambus, sebuah tanduk kerbau digunakan sebagai penyendal atau lebih dikenal sebagai kuda-kuda gambus. Setelah selesai meletakkan penyendal, pemain gambus dapat memainkannya. Memainkan gambus juga memerlukan cara dan tekniknya. Pemain dapat menggunakan jari atau menggunakan pementing. Biasanya pemain lebih suka memetik gambus dengan menggunakan pementing karena mereka dapat memainkan alat musik tersebut dalam waktu yang agak lama.

 2.Genderang 

 

 b.Pengertian Genderang

 Genderang Arab (Persia: Da’ire); terdiri atas simpai dan kayu dengan sehelai kulit dan kepingkeping dan logam pada tepinya yang gemerincing, bilamana dimainkan. Bandingkan dengan *rebana. Dipakai dalam iringan berirama untuk nyanyian dan permainan *orkes. Di Afrika Utara kadang-kadang berbentuk persegi serta berkulit dua helai.

 3.rebana 

 b.Pengertin Rebana

 Rebana adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Rebana berasal dari Arab, terutama dipakai untuk Qasidah, Musik Melayu, maupun Dangdut, yang juga kita kenal dengan bama tambourine (di Arab disebut sagaat. Ukuran bervariasi, kalau dalam musik Dangdut disebut kendang dengan kulit lembu, dan suling dari bambu, namun di Arab biasanya memakai kulit domba (banyak di sana) atau kulit ikan. Ukurannya biasanya dengan diameter 20 cm dan tinggi 8 cm, diberi krincingan tembaga sebanyak 5 pasang. Karena kulit domba atau ikan sangat sensitif terhadap kelembaban udara, maka sebelum main mereka sering memanaskan di atas api lebih dahulu. Oleh sebab itu mereka sering membawa cadangan. Sejak tahun 1980, sudah ada yang modern, dibuat dari aluminium atau palstik, kemudian kulitnya diganti dengan plastik juga (tentunya hal ini untuk menjaga kestabilan terhadap kelembaban udara). Malah ada rebana yang dapat ditala seperti halnya timpani. Maestro rabana adalah: Mohamed El 'Arabi (Mesir), 'Adel Shams Eddine (Mesir), Hossam Ramzi (Mesir).

 4.Qanun(kecapi arap) 

 b.Pengertian Qanun 

Qanum adalah alat musik dawai seperti kecapi atau zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian dibawa ke Eropa pada Abad XII. Arti Qanun sebenarnya adalah Hukum. Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan papan suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit domba atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam baru dengan tangannya, termasuk untuk modulasi. Nay (Serunai Arab) Berkas:Nay.jpeg Nay Nay (bahasa Parsi berarti reed atau yang dipakai untu Clarinet), atau kalau di Sumatera disebut Serunai. Alat ini memiliki 9 sambungan, dengan 6 lubang (seperti pada suling bambu) dan 1 lubang dibawah untuk jempol (seperti pada rekorder). Berbagai panjang untuk setiap tala nada. Cara meniup seperti suling, untuk nada tinggi dengan tiupan lebih. Meskipun kelihatan sangat sederhana, namun cukup sulit, terutama kalau mau mendapat suara khusus harus berpengalaman. Maetro nay adalah: Bassam Saba (Lebanon). Rebana (Tamborin Arab) Berkas:Rebana.jpeg Rabana Rebana yang kita kenal di sini adalah berasal dari Arab, terutama dipakai untuk Qasidah, Musik Melayu, maupun Dangdut, yang juga kita kenal dengan bama tambourine (di Arab disebut sagaat. Ukuran bervariasi, kalau dalam musik Dangdut disebut kendang dengan kulit lembu, dan suling dari bambu, namun di Arab biasanya memakai kulit domba (banyak di sana) atau kulit ikan. Ukurannya biasanya dengan diameter 20 cm dan tinggi 8 cm, diberi krincingan tembaga sebanyak 5 pasang. Karena kulit domba atau ikan sangat sensitif terhadap kelembaban udara, maka sebelum main mereka sering memanaskan di atas api lebih dahulu. Oleh sebab itu mereka sering membawa cadangan. Sejak tahun 1980, sudah ada yang modern, dibuat dari aluminium atau palstik, kemudian kulitnya diganti dengan plastik juga (tentunya hal ini untuk menjaga kestabilan terhadap kelembaban udara). Malah ada rebana yang dapat ditala seperti halnya timpani. Maestro rabana adalah: Mohamed El 'Arabi (Mesir), 'Adel Shams Eddine (Mesir), Hossam Ramzi (Mesir). Buzuq (Mandolin Arab) Kata buzuq berasal dari Turki, pada masa prajurit Ottoman, yang berarti kepala terbakar. Awalnya alat musik ini dibuat dari sepotong kayu tunggal yang dipotong dan digerus, namun sekarang sudah berupa beberapa lapis kayu untuk membentukny, dan juga putaran dawai sudah dengan mekanik seperti gitar. Alat musik ini mempunyai papan jari yang panjang dan dawai logam, dimainkan dengan petikan plektrum tanduk, sekarang dari palstik. Dawai logam memberi suara yang nyaring, baiasnya dimainkan secara tunggal dan tidak dalam kelompok pemusik Arab (band), dan biasa dijumpai di Suriah, Lebanon, Palestine, dan Jordan, terutma dalam hubungan dengan Musik Gypsy.

MUSIK CHINA

Sejarah Perkembangan Musik Tradisional China

Musik nasional China bersejarah lama. Sejak berdirinya Republik Rakyat China pada tahun 1949, musik nasional China telah mengalami perkembangan yang sangat besar. Selama belasan tahun ini, para musikus nasional China selain mengadakan pertunjukan dalam negeri, juga sering mengadakan pertunjukan di luar negeri. Sejak tahun 1998, Orkes Musik Nasional Pusat China telah berturut-turut untuk lima tahun mengadakan konser nasional pada hari Festival Musim Semi China di Aula Emas Wina Austria, dan ini telah menjadi salah satu acara penting dalam kehidupan musik di Wina. Selain Aula Emas Wina, musik tradisional China juga dipentaskan di banyak panggung lainnya di dunia, antara lain, Aula Musik Carnegie Amerika dan Aula PBB di Jenewa. Pertunjukan menarik musikus nasional China memungkinkan dunia menghayati keistimewaan musik tradisional China.
Penilaian baik para penonton dalam dan luar negeri juga mendorong komponis China menciptakan lebih banyak karya musik yang berciri khas bangsa Tionghoa dan zaman sekarang. Secara tradisional, pertunjukan musik nasional kebanyakan diadakan dalam bentuk konserto atau solo, sedangkan sekarang banyak musikus muda secara kreatif dan luwes mengadakan pertunjukan musik dengan mengkombinasikan berbagai macam alat musik, sehingga pertunjukannya sangat disukai penonton.
Pada awal diadakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar pada tahun 1980-an, di China pernah muncul demam belajar main piano dan violin. Sekarang semakin banyak orang China yang lebih berminat pada alat-alat musik tradisional China. Menurut statistik pertama Persatuan Musik Gesek Nasional Tiongkok, di China terdapat satu juta orang yang belajar main alat musik Guzheng dan 800 ribu orang lain belajar main Erhu, semacam alat musik petik yang berdawai dua, dan jumlahnya masih bertambah.
Yang Chunlin adalah dirijen dan komponis terkenal di China. Ia juga adalah guru di beberapa rombongan musik amatir.Yang Chunlin mengatakan, selama Festival Musim Semi tahun depan ia akan memimpin Orkes Musik Nasional Pelajar Sekolah Kesenian Tianhua Kota Jiangyin Provinsi Jiangsu berkunjung ke Austria untuk mengadakan Konser Musik Nasional Festival Musim Semi di Aula Emas Wina. Ini mungkin merupakan konser pertama yang diadakan oleh sebuah orkes musik pelajar di Aula Emas.
Pendidikan musik nasional di China pada tahun-tahun belakangan ini mencapai prestasi yang menonjol. Di berbagai konservatori musik dan jurusan kesenian universitas keguruan diadakan mata pelajaran kejurusan musik nasional yang setiap tahun berhasil mendidik banyak pemain musik yang bertaraf tinggi. Tidak sedikit jurusan musik nasional kini juga membuka program pendidikan strata dua dan strata tiga, sehingga penelitian di bidang musik nasional lebih mendalam dan lebih profesional.
Selain itu, pemerintah China sangat mementingkan penggalian dan perlindungan terhadap musik nasional. Sejak tahun 1980-an, pemerintah China mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk mengorganisasi musikus dan seniman rakyat menyusun Bunga Rampai Lagu Rakyat Tk, Kumpulan Musik Nasional China, Kumpulan Musik Opera dan Kumpulan Musik Balada China. Teoris musik Feng Guangyu mengatakan, kumpulan-kumpulan itu hampir mencakupi semua musik yang tersebar di kalangan rakyat sejak adanya catatan sejarah di China.
Feng Guangyu seterusnya mengatakan, perekaman audio visual yang bersangkutan dengan ke-4 kumpulan buku itu masih berlangsung. Tujuannya ialah agar musik nasional China pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 tidak hanya dapat dibaca bahan tulisannya, tapi juga dapat didengar dan dilihat.
Tokoh-tokoh musik China : Sun yan Zi,Ah Qin,Fang da tong,Fan yi chen,Lu qiao ying,Faye wong
1. Matouqin
Matouqin atau dalam bahasa mongol dikenal sebagai Morin Khuur adalah alat musik gesek khas Mongolia yang memakai 2 senar, dan telah ada sejak abad kedua-belas. Sesuai dengan namanya, ciri khas Matouqin adalah ukiran kepala kuda pada bagian atas gagangnya, berbeda dengan keluarga Huqin, ekor kuda penggesek tidak ditempatkan diantara kedua senar, cara memainkan Matouqin ini mirip dengan cello. Matouqin adalah alat musik yang sangat penting bagi musik tradisional Mongol, sering pula disebut sebagai “Cello Padang Rumput”.

[spoiler]
Matouqin (Sumber: blogspot.com)
[/spoiler]

2. Erhu
Secara umum, keluarga alat musik gesek ini dikenal juga dengan nama huqin yang berarti “alat musik orang barbar”, dinamakan demikian karena diperkenalkan oleh orang barbar yang berasal dari Asia Tengah. Huqin telah berumur sekitar 500 tahun. Mulai populer pada zaman dinasti Sung (960-1279 AD), yang kemudian berlanjut ke zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911) dimana dalam kurun waktu tersebut Huqin telah berkembang menjadi bermacam-macam jenis, termasuk yang kita kenal sekarang sebagai erhu.

[spoiler]
Erhu(Sumber: blogspot.com)
[/spoiler]

Pada mulanya, erhu menggunakan dua senar yang terbuat dari sutra, tetapi sekarang erhu menggunakan senar dari logam. Erhu biasanya menggunakan membran dari kulit ular Phyton, tetapi ada juga yang menggunakan bahan lain. Kotak suara (soundbox) dapat berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat. Erhu digesek dengan busur yang terbuat dari bambu dan rambut ekor kuda, ekor kuda itu ditempatkkan diantara kedua senar,sehingga memudahkan perpindahan menggesek antara kedua senar. rambut ekor kuda tersebut digosok dengan damar sehingga terasa kesat waktu digesek. Erhu biasa dituning dengan nada d’ – a’ atau c’ – g’.

3. Gaouhu
Gaohu adalah alat musik yang paling penting dalam musik tradisional Guangdong, bisa dikatakan bahwa gaohu adalah “jiwa” dari musik Guangdong. Walaupun tidak mutlak, tapi salah satu ciri khas Gaohu adalah ukiran kepala naga pada bagian atas alat musik dan bentuk kotak suara yang bulat. Ada pula Gaohu versi utara yang berbeda dengan Gaohu versi selatan (Guangdong), Gaohu versi utara merupakan modifikasi dari erhu untuk mendapatkan nada suara yang lebih tinggi dari erhu, Gaohu versi utara ini dimainkan seperti erhu. Biasanya bentuk Gaohu utara ini lenih menyerupai erhu dan tidak memakai ukiran kepala naga dibagian atas gagangnya.
Gaohu dimainkan dengan cara dijepit diantara kaki pemainnya. Suara yang dihasilkan dari alat musik ini lebih tinggi dari erhu. Gaohu biasa dituning dengan nada a’ – e’ atau g’ – d’.

[spoiler]
Gaouhu (Sumber: blogspot.com)
[/spoiler]

4. Guzheng
Guzheng atau kecapi Cina termasuk alat musik tradisional Cina yang paling populer. Guzheng mempunyai bentuk seperti kotak yang cembung dan terbuat dari kayu sebagai kotak suara, diatasnya terbentang 21 senar. Di tengah senar tersebut ditempatkan pengganjal yang dapat digeser untuk menaikan atau menurunkan frekuensi nada. Senar-senar tersebut di setel pada nada pentatonis China yang terdiri dari nada : do, re, mi, sol dan la.
Guzheng merupakan salah satu instrument musik tradisional yang sudah popular di Zaman Dynasti Qin (206 SM).  Pada zaman tersebut di Tiongkok, kebanyakan kaum cendekiawan dan biarawan dapat memainkan alat musik ini yang mana dapat membantu proses meditasi pribadi, pensucian dan penyempurnaan diri, peleburan dengan alam semesta, dan juga sebagai sarana penyambung komunikasi antar sahabat. Di masa kini, Guzheng sudah berkembang pesat menjadi alat musik yang bukan hanya bisa memainkan musik klasik tradisional, tapi juga musik modern dan bebas berkolaborasi dengan alat musik manapun misalnya piano, biola, gitar, harpa, angklung, dan lain-lain. Cara memainkan Guzheng adalah dengan memetik senar. Dalam hal ini, kepekaan jiwa, kelembutan perasaan, dan penguasaan teknik yang mengalir ke tangan kanan dan kiri adalah penting dan saling berhubungan, seperti kutipan dari Prof.Tran Van Khe : “Jemari tangan kanan melahirkan suara, akan tetapi jemari tangan kiri memberikan jiwa ke lagu yang dimainkan.” sehingga akan terjadi keselarasan antara otak kiri dan kanan.

[spoiler]
Guzheng (Sumber: blogspot.com,uniknya.com)
[/spoiler]

5. Dizi
Dizi  adalah nama alat musik tiup berupa seruling horizontal yang berasal dari Cina. Dizi berawal dari Asia Tengah dan masuk ke Tiongkok pada 2 SM dan mengubah bahan dasar Dizi menjadi bambu. Saat itu Dizi terbuat dari tulang. Sebelum Dinasti Han, Dizi yang pada masa itu disebut Di mengacu pada seruling vertikal. Kemudian pada masa Dinasti Tang barulah diadakan perbedaan yaitu nama Di untuk seruling horizontal dan Xiao untuk seruling vertikal. Pada abad ke 7 M, sebuah selaput ditambahkan dan namanya berubah menjadi Dizi.
Dizi modern memiliki 12 lubang yang terdiri dari satu lubang untuk meniup, satu lubang membran, enam lubang untuk memainkan, empat lubang untuk memperbaiki tinggi rendah nada dan memasang pajangan. Berbeda dengan Xiao, Dizi memiliki nada jernih dan bergema sehingga cocok untuk mengekspresikan irama gembira dan dapat meniru suara burung-burung yang berbeda. (**)

[spoiler]
Dizi (sumber: sourcingmap.com,uniknay.com)
[/spoiler]